.

Jakarta, Nusantara Bicara - Ulang tahun ke-49 PDPI, jumlah dokter spesialis paru di Indonesia baru mencapai 1.584. Belum mencapai rasio 1:100 ribu penduduk, untuk Indonesia yang memiliki populasi 273 juta jiwa per 2021.

Usia yang nyaris setengah abad, PDPI terus menjadi garda terdepan, dalam perjuangan melawan pandemi Covid-19.

"Kita masih ingat, ketika covid 19 menyerang, dan nyaris meluluh lantakkan pelayanan kesehatan kita. Ketika itu, para dokter spesialis paru yang semuanya merupakan anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), bersama petugas kesehatan lain, benar-benar berada di front terdepan dalam menangani pasien. Baik yang ringan, maupun yang sangat gawat," kata  DR. Dr. Agus Susanto , Sp, PP (K) Ketua Umum PDPP yang juga Direktur Utama RS Persahabatan di dampingi DR. Dr. Heidy Agustin. Sp. P (K) Ketua Panitia PIK PDPI 2022 dalam keterangannya, Sabtu (24/9).

Faktanya saat ini, Indonesia masih menjadi penyumbang kasus tuberkulosis (TB) ketiga terbesar di dunia. Sudah ada Peraturan Presiden No 67/2021 yang mengamanatkan Indonesia, untuk mengeliminasi tuberkulosis di tahun 2030.

Selain TB, masih banyak jenis penyakit paru lainnya. Sebut saja kanker paru, asma bronkial, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), penyakit paru kerja dan sebagainya.

Juga masih ada berbagai jenis infeksi paru dalam bentuk pneumonia. Semisal Legionella, yang kini sedang mewabah di Argentina, dan sudah pernah ada di Indonesia.

Ada dua hal penting yang selama ini menjadi perhatian para dokter spesialis paru kita. Yaitu kebiasaan merokok dan polusi udara, yang menimbulkan dampak buruk pada paru dan pernapasan.

Bulan ini, juga  diselenggarakan Pertemuan Ilmiah Khusus PDPI, yang membahas berbagai aspek penyakit paru secara lengkap dan menyeluruh, dengan tema “Strategy for Emerging Diseases: Key Role of Lung Health”.(Agus)