.

Jakarta, Nusantara Bicara  ---  Ditemui dalam acara “Bincang Kebangsaan: DIA-LO-GUE Anak SMA Sumpah Pemuda”, Pdt Victor Rembeth sebagai seorang aktifis antar iman yang baru saja meluncurkan bukunya “Demokrasi Indonesia: Persimpangan Antara Pluralisme Agama dan Politik Negara” di Persekutuan Gereja gereja Indonesia menjelaskan tetang acara gaya anak muda merayakan Sumpah Pemuda. Bertempat dan dilaksanakan oleh OSIS SMA 1 PSKD, acara Sumpah Pemuda 2023 ini di rancang dengan aspirasi Gen Z, dimana semua narasumber utama adalah siswa siswi SMA. Jalannya acara juga tidak mengikuti “pakem” upacara yang lazim dilaksanakan, tetapi banyak hal hal spontan dilakukan.

Lebih lanjut Victor Rembeth menjelaskan bahwa acara ini ia gagas bersama beberapa alumni agar nilai nilai kebangsaan anak anak SMA bisa terus dipantik ulang dalam merayakan hari hari kebangsaan seperti khususnya Sumpah Pemuda. Untuk itu sebagai alumni sekolah Kristen dan saat ini sudah menjadi Pendeta Gereja Baptis Indonesia, ia terpanggil agar Gen Z tidak menjadi terperangkap dalam kejamnya pembedaan identitas, agama, suku dsbnya. 

Untuk itulah acara Sumpah Pemuda 2023 ini mengajak semua yang berbeda untuk bisa bersuara dari cara pandang dan pemikiran orang orang muda perihal berbagai persoalan dan tantangan yang mereka hadapi.

Untuk itulah bagi Victor Rembeth, “kerja kerja kecil” seperti ini harus dimulai, apalagi menjelang kontestasi pemilihan umum, pilpres yang rawan melalukan politisasi agama dan identitas. Orang Orang Muda baginya harus diisi dengan pandangan politik kebangsaan. Politik yang melihat tujuan dan _”Indonesian Dream 2045”_ atau mimpi Indonesia bisa tercapai oleh apa yang mereka lakukan saat ini. Untuk itulah momen Sumpah Pemuda 2023 yang merayakan 95 tahun Kongres Pemuda bisa menjadi ajang membangkitkan ulang semangat yang ada di tahun 1928 dan membangkitkan visi keIndonesian dari orang orang muda.

Sahabat sahabat dari Pendeta Victor Rembeth sangat membantu dalam pelaksanaan acara ini, yaitu Ferdo Raturandang, Julian Saul dan banyak lagi alumni SMA 1 PSKD lain. Pembahas yang bersedia membantu memberikan wawasan kepada anak anak SMA adalah Farah Adiba dari Eco Bhineka Muhammadiyah dan Prof Alie Humaedi kepala KSDK Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Keduanya memberikan paduan yang inda ketika membahas masalah dan tantangan yang disampaikan oleh narasumber utama, anak anak SMA yang bersuara apa adanya dan spontan. Isu toleransi, lingkungan, krisis iklim, kekerasan seksual dan tawuran diulas dengan baik oleh para pembahas yang mumpuni dalam bidang mereka.

Sudah tentu acara ini menjadi sangat istimewa ketika para siswa SMA, Yasmin seorang siswi Muslim SMA 1 PSKD, Achmad Siswa SMA Muhammadiyah 1, Cinta seorang siswi Hindu SMA 1 PSKD dan Aliena seorang siswi MAN 2 Kudus sekaligu alumni pesantren memberikan celotehan mereka perihal berbagai hal yang menjadi tantangan orang muda. Bukan saja mereka yang mennjadi pembicara, tetapi para murid berbagai SMA yang hadir juga memberikan masukkan berupa “protes” dan interupsi spontan perihal isu isu yang mereka anggap penting untuk disampaikan. Dengan sabar Pembina dan Pembahas memberikan waktu untuk membahas dan tema bincang ini yaitu DIA-LO-Gue atau dialog anak anak muda berjalan dengan manis, santun namun hidup dan penuh dinamika Gen Z.

Acara seperti ini harus dilanjutkan menurut Victor Rembeth dan para peserta lainnya, agar dapat memberikan asupan spirit kebangsaan yang melekat dalam melihat masa depan. Kalau bukan sekarang kapan lagi dan kalau bukan dimulai dengan kerja kerja kecl seperti ini dengan siapa lagi kita bisa memulai, demikain pungkasnya memberikan tanggapan di akhir acara.(Agus)