Jakarta, nusantarabicara – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama PT INTI Indonesia Makmur menghadirkan pameran riset dan inovasi terbesar di Asia Tenggara ( INARI Expo 2025) yang digelar pada 28 – 30 Oktober 2025 di JIExpo Kemayoran Jakarta.
“Sejak awal, kami melihat BRIN tidak hanya hadir secara simbolik, tetapi benar-benar membawa substansi. Ini kolaborasi yang konkret karena industri bisa langsung menjajaki potensi riset untuk kebutuhan komersial,” ujar Hendri
Menurutnya, penggabungan pameran Indonesia Technology and Innovation dengan INARI Expo memperluas ruang sinergi lintas sektor.
Di tempat yang sama Dr. Ing. H. Ridho Rahmadi, S.Kom., M.Sc. Direktur Politeknik Artifisial Intelligent BMD mengungkapkan harapan terhadap kemajuan produk industri dalam negeri terksi pmanfaatan AI dalam membangun permesinan kita.
"Kita harus membangun produk industri sendiri dan punya kompetensi terutama di Kementerian industri sebagai pembuat kebijakan kemudian dari dunia akademik. Harapan dengan FGD ini bisa ada tindak lanjut ( folow up) kebetulan Kementerian perindustrian kita punya Indonesia Manufacturing Center (IMC) yang berlokasi di Purwakarta,” harapnya.
Dengan begitu, kata Ridho, lama- lama kita dari kampus akan ikut membentuk juga, kita dari Politeknik diharapkan nanti kita bisa bersunergi dan membantu talent dan sebagainya.
Menurut Pakar AI ini Perkembangan AI dan permesinan di Indonesia yang selama kita ikuti masih membeli produk dan terkadang membeli produk tersebut sudah barang jadi atau masih secara utuh sehingga kita tidak bisa mengembangkan atau sudah dikunci begitu kira- kira.
Oleh karena itu kita harus punya semangat untuk membangun dari awal. Memang TKDN kita 40 persen yang sudah diturunkan sedikit padahal seharusnya TKDN kita bisa lebih dari itu menuju TKDN lebih tinggi jadi 50 persen syukur syukur bisa mencapai 60 persen,” imbuhnya.
Terkait dengan masalah produk komponen industri Indonesia, menurut Ridho, kita masih belum bisa memproduksi sendiri seperti produk semi konduktor dan lainnya padahal seharusnya kita sudah bisa menguasai itu.
“Menurut saya pemanfaatan AI untuk industri di Indonesia belum terlalu banyak, kita mesti harus banyak mengejar. Kita sebagai lembaga pendidikan vocasi memang bertujuan menghasilkan inovasi produk dan sesungguhnya ini sebagai jawaban dari pertanyaan dimana peran dunia pendidikan saat ini,” jelasnya.
Sehingga untuk mengejar ketertinggalan ini kita perlu berikhtiar sehingga nantinya banyak produk – produk AI, teknologi karya kita sendiri sekaligus untuk menyelesaikan permasalahan kita sendiri.
“Kita tidak sekadar melakukan alih teknologi tapi kita membangun pusat talent sendiri, pusat AI sendiri, pusat bisnis sendiri, pusat Riset dan Pengembangan ( R& D), serta pusat komputasi. Lima pusat ini juga yang perlu segera dikejar oleh bangsa kita untuk mempercepat kemajuan industri masa depan,” pungkasnya.(*)








Posting Komentar