NUBIC,.Tangerang
_(31/05/2017), Dalam rangka pengendalian penyakit hewan di Indonesia,
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH)
Kementerian Pertanian bekerjasama dengan FAO meluncurkan Program
Epidemiologi Lapangan untuk Veteriner Indonesia (PELVI).

Fadjar
Sumping selaku Direktur Kesehatan Hewan yang mewakili Direktur Jenderal
PKH pada saat meresmikan peluncuruan program tersebut di Hotel Grand
Zuri Tangerang Rabu tanggal 31 Mei 2017.
Menurut
Fadjar Sumping, penyakit hewan merupakan salah satu ancaman yang harus
dikendalikan dan diberantas untuk memajukan industri peternakan di
Indonesia. Penyakit hewan tidak bisa disepelekan karena kerugian ekonomi
yang ditimbulkannya cukup banyak jika tidak dikendalikan. Lebih lanjut
disampaikan, dalam pengendalian penyakit hewan di Indonesia juga
menghadapi tantangan, baik dari sisi geografis maupun demografis yang
sangat kompleks. “Untuk itu, diperlukan kapasitas sumberdaya manusia
yang kompeten di bidang epidemiologi lapangan dan kapasitas diagnostik
laboratorium, sehingga tindakan yang pengendalian penyakit hewan bisa
dilakukan dengan cepat dan tepat” kata Fadjar Sumping.
Fadjar
Sumping menyampaikan, Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan Veteiner
Indonesia (PELVI) merupakan pendekatan yang paling tepat dan efektif
untuk meningkatkan kapasitas epidemiologi veteriner yang sesuai dengan
situasi dan kondisi di Indonesia. Di kawasan Asia dan Pasifik, Program
Pelatihan Epidemiologi Lapangan untuk Dokter Hewan telah didirikan di
Department of Livestock Development (DLD) Thailand dengan dukungan dari
FAO Regional Asia Pacific. Sejak 2009, Indonesia telah ikut serta dalam
program pelatihan dimaksud, sehingga saat ini di Indonesia mempunyai 5
(lima) alumni yang telah mengikuti program pelatihan tersebut, serta 1
(satu) orang dokter hewan yang masih berada dalam program pelatihan.
Indonesia
telah menyelenggarakan Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan di
bidang kesehatan (manusia) yang didirikan sejak tahun 1982. Program
tersebut merupakan program pelatihan bergelar Master yang
diselenggarakan di Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada,
serta dikoordinasikan oleh Sekretariat Program Pelatihan Epidemiologi
Lapangan Indonesia. Sedangkan Program Pelatihan Epidemiologi Lapangan
untuk Veteriner Indonesia (PELVI) diinisiasi sejak tahun 2009 didukung
oleh FAO Indonesia dan baru diimplementasikan tahun 2017 saat ini.
Sebagai implementasi tahap awal, Program PELVI akan bekerjasama dengan
Fakultas Kedokteran Hewan di Universitas Gadjah Mada yang telah memiliki
pengalaman dalam pengelolaan Pelatihan Epidemiologi Lapangan Indonesia
untuk kesehatan manusia.
Lebih
lanjut disampaikan, PELVI akan mendukung peningkatan kesehatan
masyarakat melalui kesehatan hewan yang dilakukan dengan menerapkan ilmu
berbasis bukti secara objektif. Misi dari Program PELVI adalah: 1).
Menciptakan tenaga kesehatan hewan dengan kemampuan epidemiologi
lapangan melalui pendidikan berbasis praktek keterampilan (skill-based
training); 2). Menyediakan tenaga kesehatan hewan yang mandiri dan mampu
memberikan keputusan berdasarkan bukti lapangan untuk memberikan dampak
positif pada perekonomian, komunitas, pertanian yang diperoleh dari
peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman kerja dari dokter
hewan pemerintah.
Sasaran
Program PELVI yaitu: 1). Memperluas pengetahuan dan penggunaan
pendekatan multi disiplin dalam epidemiologi penyakit dan ekologi yang
mempengaruhi kesehatan manusia dan hewan; 2). Menjembatani kesenjangan
dalam menstandarisasi metodologi untuk pengambilan data termasuk
percobaan dan investigasi lapangan (kajian), termasuk bagaimana kajian
tersebut dirancang dan dilaksanakan; dan; 3). Meningkatkan pengetahuan
dan aplikasi analisis risiko dalam surveilans dan pengendalian penyakit
hewan.
“Untuk itu kita
harapkan peternak dan masyarakat, apabila terjadi permasalahan dalam
beternak, terutama ditemukannya indikasi penyakit, jangan segan-segan
untuk mencari pertolongan kepada petugas lapangan atau dokter hewan yang
terdekat atau dengan melaporkan setiap kejadian penyakit melalui Sistem
Informasi Kesehatan Hewan Nasional (ISIKHNAS). Selain itu juga
diharapkan peternak dapat memelihara ternak dengan tatacara dan
biosekuriti yang baik, juga memperhatikan kualitas pakan dan ikut
mengendalikan penyakit, sehingga ternaknya menjadi sehat dan produktif.”
imbuh Fadjar Sumping.
"Program
PELVI ini disupport oleh FAO ECTAD Indonesia, setelah sebelumnya FAO
Regional Asia dan Pasifik mensuport Program Epidiomologi Lapangan untuk
wilayah regional Asia dan Pasifik diThailand. Program ini dimaksudkan
untuk menguatkan kapasitas sumberdaya Veteriner di Indonesia dengan
pembiayaan dari proyek Emerging Pandemic Threat (EPT 2)" kata Dr. Luuk
Schoonman perwakilan FAO ECTAD Indonesia.
Luuk
juga menyampaikan, dalam program Pelvi ini juga ada kolaborasi antara
kesehatan hewan dan kesehatan manusia. Mengingat Indonesia negara besar
dan punya potensi besar dalam mencapai swasembada pangan, sehingga harus
fokus juga dalam pengendalian penyakit yang menjadi ancaman terhadap
perkembangan industri peternakan. @AD
Posting Komentar