Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi
kembali menegaskan bahwa tidak ada serbuan udara apalagi pengeboman
melibatkan pesawat milik TNI di Kampung Alguru, Distrik Krepkuri,
Kabupaten Nduga.
Sebelumnya dalam keterangan pers yang disampaikan Kelompok Pemerhati
Hak Asasi Manusia (HAM) di Jayapura dan Jakarta yang mengungkapkan
terjadi operasi militer yang melibatkan kurang lebih 1000-an personel
TNI-Polri di Kampung Alguru.
Senada dengan pernyataan Pimpinan TPN-OPM wilayah Nduga Egianus
Kogeya, Kelompok Pemerhati HAM mengklaim terjadi penyerbuan melalui
udara dan pengeboman menggunakan pesawat helikopter milik TNI-Polri.

“Saya tegaskan tidak ada penggunaan pesawat heli milik TNI, baik dari
TNI AD, AU, dan AL yang beroperasi di Kabupaten Nduga hingga saat ini,
baik untuk kegiatan distribusi logistik pasukan apalagi untuk serbuan
dan pengeboman,” kata Aidi dalam keterangan tertulis, Minggu
(15/7/2018).
Menurut Aidi, kejadian pada 11 Juli lalu, pesawat heli milik Polairud
yang sedang bertugas mengangkut logistik dari Timika, Kabupaten Mimika
menuju Kenyam, Kabupaten Nduga diberondong tembakan saat melintas di
Kampung Alguru ketika hendak mendarat di Bandar Udara Kenyam.
Karena tembakan itu, kata Aidi, anggota polisi yang ikut dalam
pesawat membalas tembakan dan didukung oleh personel polisi yang
melakukan pengamanan di darat. Pasca insiden ini, aparat TNI-Polri tidak
melakukan pengejaran lanjutan.
“Tidak diketahui pasti apakah ada korban jiwa dalam insiden baku
tembak yang terjadi saat itu. Kalaupun ada korban saat itu, pasti korban
tersebut berasal dari kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB)
yang melakukan penyerangan, karena aparat membalas tembakan kearah
datangnya serangan,” kata Aidi.
Penegakan Hukum
Menyikapi aksi penyerangan bersenjata yang dilakukan kelompok TPN-OPM
atau KKSB di Bandar Udara Kenyam, kata Aidi, telah diadakan pertemuan
antara Bupati Nduga Yairus Gwijangge dengan Kapolda Papua Irjen Pol Boy
Rafli Amar dan Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI George Elnadus
Supit.
Dalam pertemuan itu, kata Aidi, Bupati Nduga membenarkan bahwa KKSB
yang menjadi pelaku teror penembakan di Bandar Udara Kenyam dengan
tujuan untuk menggagalkan pelaksanaan Pilkada Papua.
“Menurut Bupati Nduga tuntutan dari kelompok itu untuk memperjuangkan
kemerdekaan Papua. Kelompok yang menamakan diri TPN-OPM itu, bukan
hanya yang berasal dari Nduga, tapi juga dari Tembagapura, Kabupaten
Puncak, Puncak Jaya dan Lanny Jaya yang bersembunyi di Kampung Alguru,”
kata Aidi.
Dari pertemuan itu disepakati untuk melaksanakan penindakan dan
penegakan hukum terhadap KKSB karena telah mengganggu ketertiban dan
keamanan masyarakat di Kabupaten Nduga.
“Disepakati untuk melakukan penindakan terhadap KKSB yang telah
mengganggu ketertiban masyarakat dengan mengedepankan kepolisian,
sementara TNI tetap melaksanakan pembinaan wilayah. Namun secara
insidential, pasukan TNI akan bergerak jika diperlukan,” kata Aidi
menjelaskan.
“Jadi segala tindakan aparat keamanan di Nduga telah dikoordinasikan
dengan aparat setempat, tidak seperti yang disampaikan sejumlah pihak
yang coba memojokkan TNI-Polri bahwa penegakan hukum tanpa sepengetahuan
Pemerintah Daerah,” kata Aidi menambahkan.
Aidi membantah klaim para pemerhati HAM bahwa ada sekitar seribuan
aparat keamanan yang melakukan pengejaran terhadap KKSB di Nduga.
Mengenai keberadaan anggota Brimob di Nduga, kata Aidi, keberadaan
mereka diperbantukan untuk mengamankan Pilkada Papua di Nduga, sekaligus
memulihkan keamanan pasca aksi teror penembakan di Kenyam.
“Sementara untuk anggota TNI, dalam jumlah terbatas sudah ada
sebelumnya sebagai pengamanan daerah rawan dan sejauh ini belum ada
penambahan pasukan,” kata Aidi.
Kondisi Kenyam Berangsur Kondusif
Pasca teror penembakan yang dilakukan KKSB di Kenyam, kata Aidi, saat
ini situasi di ibukota Kabupaten Nduga dan sekitarnya sudah berangsur
kondusif dan aktivitas warga mulai kembali normal.
“Informasi dari Perwira Penghubung di Kenyam, situasi di sana sudah
berangsur normal. Pemilik kios dan toko, serta mama-mama sudah mulai
kembali berjualan,” kata Aidi.
Iapun mengaku heran dengan isu warga Kenyam yang lari ke hutan pasca
kontak tembak antara aparat keamanan dengan KKSB di Kampung Alguru. Aidi
menduga, orang-orang yang diklaim lari ke hutan adalah warga yang
berasal dari distrik atau kecamatan lain yang hendak kembali ke daerah
asal mereka terpaksa harus berjalan kaki melalui hutan karena ketiadaan
sarana transportasi udara.
“Kemungkinan yang dimaksud masyarakat lari ke hutan, adalah warga
asal Distrik Yuguru, Paro, Mugi, dan Mapenduma yang berada di Kenyam dan
hendak kembali ke daerah asal mereka. Karena ketiadaan transportasi
udara pasca teror penembakan di Bandar Udara Kenyam, mereka terpaksa
jalan kaki melalui hutan sesuai kebiasaan masyarakat sebelumnya,” kata
mantan Dandim 1702 Jayawijaya ini.
“Alasan inilah kenapa masyarakat Nduga sangat mengharapkan jalan
Trans Papua yang menghubungkan Wamena, Kabupaten Jayawijaya dengan
Kenyam dan melewati Distrik Yuguru, Paro, Mapenduma, Yigi, dan Mbua agar
segera diselesaikan untuk memudahkan transportasi masyarakat,” kata
Aidi menambahkan.
Menyayangkan Pernyataan Kelompok Pemerhati HAM
Kodam Cenderawasih, kata Aidi, menyayangkan penyataan yang
disampaikan oleh sejumlah kelompok pemerhati HAM yang cenderung
memojokkan aparat keamanan di Kabupaten Nduga.
Menurut dia, seharusnya kelompok pemerhati HAM ini mendukung upaya
aparat untuk menangkap anggota KKSB yang terbukti telah melakukan teror
penembakan dan membunuh warga sipil di Bandara Kenyam.
“Saat terjadi penembakan terhadap pesawat komersial dan pembunuhan
warga sipil di Bandara Kenyam, kemana kelompok pemerhati HAM ini? Saat
Kepala Distrik dan 2 anggota polisi yang sedang mengamankan Pilkada
Papua dibunuh di Kabupaten Puncak Jaya, kenapa kelompok HAM ini diam.
Tapi ketika kami mengejar anggota KKSB yang jelas-jelas pelaku kriminal
justru dibela dengan dalih pelanggaran HAM,” kata Aidi.
Yang menyedihkan, kata Aidi, karena informasi yang menjadi sumber
dari kelompok pemerhati HAM ini justru mengacu pada informasi-informasi
yang beredar tanpa bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Contohnya,
tuduhan bahwa heli TNI dipakai untuk melakukan penyerbuan dan melakukan
pengeboman di Kampung Alguru seperti klaim pimpinan KKSB di Nduga
Egianus Kogoya.
“Kalau Egianus menyampaikan informasi yang tidak benar, sangat wajar
karena dia dan kelompoknya yang menjadi sasaran penegakan hukum.
Pernyataan serupa hampir sama saat pembebasan sandera di Tembagapura
yang sebelumnya menuduh aparat keamanan menggunakan roket, dan kini di
Nduga kembali menuduh menggunakan serangan udara menggunakan bom,” ujar
Aidi.
Aidi menegaskan bahwa TNI akan mendukung Polri yang sedang mengejar
anggota KKSB dalam rangka penegakan hukum. Menurut dia, KKSB sangat
jelas melanggar hukum dengan kepemilikan senjata api ilegal, melakukan
perlawanan terhadap kedaulatan negara yang sah, dan membunuh warga
sipil.
“Aparat keamanan akan terus melakukan pengejaran dalam rangka
penindakan dan penegakan hukum. Namun, jika anggota KKSB secara sukarela
mau menyerahkan diri beserta senjatanya kepada pihak berwajib maka akan
dijamin keamanan dan keselamatannya. Tetapi apabila terpaksa harus
ditempuh dengan kontak senjata maka resiko ditanggung oleh masing-masing
pihak,” kata Aidi menegaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar