Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh adalah Motto Media Kami...

Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh adalah Motto Media Kami...
MEDIA Penerus Perjuangan CITA-CITA ‘THE FOUNDING FATHERS’ Bangsa INDONESIA
Home » » Ikatan Jurnalis Muslim Indonesia Protes Keras Mode Penanganan Pandemi Covid 19 Oleh Pemerintah

Ikatan Jurnalis Muslim Indonesia Protes Keras Mode Penanganan Pandemi Covid 19 Oleh Pemerintah

Written By Nusantara Bicara on 26 Jul 2021 | Juli 26, 2021

 


Jakarta, nusantarabicara.co - Sejarah baru yang menimpa dunia dengan terjadinya Pandemi Covid 19 telah merubah banyak cara hidup manusia di dalam menghadapinya, tak terkecuali di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ambisi untuk menjadikan NKRI sebagai negara maju malah berbanding terbalik begitupun dengan nafsu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional malah turun beberapa persen.

Dampak kerugian dari Pandemi Covid 19 ini juga tidak hanya menjadi persoalan bagi pemerintahan suatu negara di dalam menjalankan roda pemerintahan namun covid 19 ini juga telah menghilangkan  nyawa manusia yang tidak sedikit. Di Indonesia sendiri jutaan warganya dinyatakan telah terpapar positif dan meninggal dunia akibat covid 19 ini sudah puluhan ribu nyawa anak bangsa melayang.

Menyikapi fenomena yang terjadi ini, Ikatan Jurnalis Muslim Indonesia menyampaikan rasa prihatin dan duka yang mendalam atas telah terjadinya kenyataan ini. 

Disamping itu, sebagai bentuk keprihatinan atas banyaknya korban yang meninggal. Ikatan Jurnalis Muslim Indonesia (IJMI) menyampaikan protes keras atas mode penanganan covid 19 dari pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dinilainya tidak mampu berhasil menekan kerugian dan korban jiwa sekecil-kecilnya.

Melalui protes kerasnya ini IJMI berharap pemerintah sekarang ini kembali kepada jati-diri bangsa Indonesia yang mayoritas umat Islam. Jangan terlalu mengikuti cara pandang negara lain atau malah menjadi bagian dari sistim negara lain. 

Karena sesungguhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang penduduknya menjadi mayoritas umat Islam itu adalah sebuah 'Takdir' dan 'Rahmat' dari Sang Pencipta Allah SWT, sehingga ada campur tangan Tuhan pada terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tentu masing-masing takdir sebuah negara itu berbeda-beda, tidak mungkin Indonesia itu sama takdir dan cara pandangnya dengan negara barat atau China, misalnya.

Dan Tuhan tentu juga tidak akan suka dan tinggal diam bila ada seseorang atau sesuatu yang berupaya merusak dan merubah takdir ciptaan NYA, tersebut.

Oleh karenanya, IJMI berharap pemerintah janganlah terlalu berkiblat dan mengikuti cara-cara barat ataupun China sehingga negara kita menjadi panik di dalam menghadapi persoalan Pandemi Covid 19 ini. Sebab, seperti yang kita ketahui secara umum awal mula wabah Pandemi ini berasal dari China lalu mengapa pula  kita mengikuti cara mereka dimana pengobatannya pun  berasal mereka serta mengikuti sistim pengobatan mereka, ini tentu menimbulkan kecurigaan, seolah-olah bertubi-tubi kita dikerjain sama mereka dan kita menuruti saja.

IJMI memberi pandangan cara pengobatan menurut Islam, orang Islam itu tidak begitu panik bila menghadapi penyakit. Mereka begitu tenang bahkan menghadapi kematian pun mereka biasa-biasa saja. Hal ini dibuktikan dimana apabila mereka terkena penyakit mereka tidak langsung pergi ke Rumah sakit tapi pengobatan pertamanya adalah Al Qur'an, berdzikir, melakukan sedekah dan melakukan doa-doa kepada Tuhan Yang Maha Esa memohon kesembuhan, karena umat Islam meyakini bahwa kesembuhan itu datangnya dari Allah melalui jalan perantaraan (pengobatan) yang berbeda-beda, setelah melakukan itu barulah mereka pergi ke rumah sakit apabila memang belum sembuh juga. 

Umat Islam atau orang-orang beriman begitu siap menghadapi Pandemi bahkan kematian, karena umat Islam meyakini bahwa kalau dia meninggal berarti sudah habis masa hidupnya di dunia ini dan itu tidak menakutkannya. Sikap ini terbukti malah berhasil menekan wabah Pandemi Covid 19, seperti halnya yang terjadi di negara Brunei Darussalam serta Arab Saudi. 

Jangan seperti sekarang ini, baru hilang penciumannya saja, orang sudah langsung ke rumah sakit, minta di ruang ICU lagi. Padahal dari kecil kita sudah berapa kali dan sering kehilangan penciuman, tapi dengan adanya Covid 19 sakit penciuman saja sudah seperti orang yang habis kecelakaan ditabrak mobil sehingga harus masuk ICU seolah-olah Covid-19 ini sudah menjadi malaikat pencabut nyawa di pikirannya. Alhasil Rumah sakit pun otomatis menjadi penuh mengakibatkan stres dan tidak sebanding antara jumlah pasien dan tenaga kesehatan. Semua ini terjadi akibat salah memberikan pemahaman dan mengedepankan pemberitahuan yang menakutkan dari pihak yang bertanggung jawab menerapkan mode penanganan Pandemi Covid 19 ini.

Seharusnya kita harus belajar dari sejarah, bagaimana negara-negara besar yang kuat, maju dan tangguh namun mereka tidak berdaya bila mendapat adzab Tuhan dan dihancurkan oleh Tuhan melalui perantaraan alam serta sesuatu yang ghaib. Semua itu akibat mereka melupakan Allah sang Pencipta dan akibat mereka juga senantiasa berbuat kerusakan. Oleh karena itulah IJMI memohon kepada pemerintah agar kembali kepada Takdir dan jati diri bangsa dengan Pancasila nya serta amanat yang telah diberikan oleh Allah sebagai umat Islam terbesar di dunia, jangan mengikuti cara pandang bangsa lain karena takdirnya berbeda.

Dan belajar dari sejarah pula, tidak ada salahnya kita meng 'Amini' takdir Allah yang menetapkan dan  menciptakan negara kita sebagai negara dengan umat muslim terbesar di dunia. Dengan melakukan bentuk pemerintahan yang berlandaskan dan cara pandang Islam dengan Pancasila nya. Tokh, di zaman dahulu bentuk pemerintahan Islam terbukti memberikan banyak manfaat dan hasil positif. Bukan hanya untuk negara tersebut tetapi penduduknya dan alamnya yang berada didalamnya menjadi berkah, dan bukan hanya untuk penduduknya yang muslim saja tetapi penduduk yang non muslim juga ikut merasakan berkah.

Percayalah segala kejadian yang terjadi di dunia ini. Sebenarnya ditentukan oleh yang Maha Ghaib serta dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual. Manusia bisa saja berupaya, atau mampu menipu orang lain tetapi Allah SWT maha mengetahui hati manusia dan mereka akan diminta pertanggung-jawabannya kelak di kemudian hari sesuai dengan ulah perbuatan mereka tersebut. Bila buruk hati dan perbuatan mereka maka buruk pula yang akan mereka dapatkan.

Dan IJMI melakukan protes ini tidak dalam keadaan marah karena kalau Mukmin atau umat Islam yang beriman itu marah maka tentu yang dimarahi akan mendapat siksaan dari Allah sebab Allah senantiasa bersama orang-orang Mukmin. 

Namun IJMI juga menyadari, bila melihat dari rekam jejaknya, pemerintah tentu akan menganggap 'angin lalu' protes keras kita ini. Tapi, tak apalah. Kita hanya ingin memberi masukan serta berbuat sesuatu yang mungkin dapat berguna pemerintah dan masyarakat. Minimal dalam memberi masukan ini kita tidak mencaci dan menfitnah. IJMI pun berharap masyarakat yang tidak sejalan dengan cara pandang pemerintah agar tidak mencaci dan menfitnah karena itu adalah salah satu yang dilarang oleh Allah SWT. 

Hanya kepada Allah Azza Wa Jalla kita memohon perlindungan dan ampunan, semoga Tuhan kamu, Tuhanku dan Tuhan kita semua memberikan petunjuk dan keselamatan kepada pemimpin dan masyarakat di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, ungkap wakil Sekjen IJMI Padrika Siregar.(Andi) 

Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2018 - All Rights Reserved
Created by Nusantara Bicara