Media Perjuangan Penerus Cita-cita "The Founding Fathers" Bangsa Indonesia

Media Perjuangan Penerus Cita-cita "The Founding Fathers" Bangsa Indonesia
Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh. Itulah Motto Media Kami
Home » , » Perjalanan Tak Biasa, Alumni Pesantren Jadi Komisaris BUMN

Perjalanan Tak Biasa, Alumni Pesantren Jadi Komisaris BUMN

Written By Nusantara Bicara on 4 Mar 2023 | Maret 04, 2023

Bandung, Nusantara Bicara  - Bung Karno pernah menyampaikan "Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh engkau akan jatuh diantara bintang-bintang". Kalimat inilah yang dipegang oleh Priyo Anggoro, alumni Ponpes Al Ihya Ulumaddin, Kesugihan, Cilacap yang resmi diangkat menjadi Komisaris BUMN, di dalam holding BUMN industri pertahanan Indonesia Defend Id atau Len Industri, yaitu PT. Len Railway Systems.

Bertempat di Gedung Utama PT. Len Railway Systems yang bergerak di bidang sistem persinyalan dan teknologi Kereta Api, pada Selasa, 28 Februari 2023 Priyo Anggoro resmi dikenalkan dan dikukuhkan dalam rapat gabungan Dewan Direksi dan Dewan Komisaris PT. Len Railway Systems sebagai Komisaris Perusahaan yang baru.

Dalam sambutannya, Agung Darmawan Direktur Utama PT. Len Railway Systems menyampaikan "Harapan kita setelah diangkatnya saudara Priyo Anggoro sebagai komisaris yang baru dapat meningkatkan produktifitas perusahaan di masa mendatang".

Komisaris Utama PT. Len Railway Systems, Wahyu Sofiadi dan Laksamana Muda (Purn.) Agung Pramono  juga menyambut positif kehadiran komisaris baru dalam usia yang masih relatif muda dan juga masuk jajaran komisaris BUMN Milenial. "Semoga kehadiran mas Priyo Anggoro bisa membawa perubahan positif bagi perusahaan ke depannya. Energi muda ini dapat membuat perusahaan lebih energik dan membawa semangat baru" sebut Komisaris Utama PT. Len Railway Systems tersebut.

Keberhasilan Priyo Anggoro sebagai santri dan salah satu pemuda generasi milenial yang mengemban amanah dari Kementerian BUMN ini bukan tanpa perjuangan dan pengorbanan.

Perjalanan panjang dijalani oleh Priyo Anggoro semenjak hidup di dalam pesantren. 13 tahun menjalani hidup di Ponpes Al Ihya Ulumaddin, Kesugihan, Cilacap diasuh langsung oleh KH. Ahmad Mustolih Badawi, KH. Chasbulloh Badawi dan KH. Syuhud Muhson. Disana ia digembleng untuk bersikap disiplin, memiliki anggah ungguh (attitude) yang baik, memiliki empati yang tinggi dan mampu membaca setiap peluang yang ada. 

Priyo menyampaikan, "Peran Kyai dan Pendidik yang ada di dalam pesantren sangat mempengaruhi kemandirian dan kehidupan santri saat berada di Pesantren, pada intinya Pesantren bukan hanya mengajarkan ilmu Agama, tapi lebih dari itu lebih banyak menginstall nilai-nilai dan prinsip hidup santrinya, disitulah timbul adanya keberkahan". Ujar Priyo.

Tidak hanya karena berkah Pesantren dan guru-guru dalam Pesantren. Priyo Anggoro juga aktif dalam organisasi semenjak duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, MTs MINAT Kesugihan (setara SMP). Mulai jadi Ketua OSIS Madrasah Tsanawiyah  dan Madrasah Aliyah MINAT serta peran aktifnya menjadi pengurus di Ponpes Al Ihya Ulumaddin departemen Pendidikan. 

Tidak berhenti sampai jenjang sekolah dan kepesantrenan, ketika Priyo duduk di bangku kuliah, ia aktif sebagai Ketua Senat Mahasiswa, Ketua BEM Fakultas dan sebagai Sekretaris Umum Pengurus Cabang PMII kabupaten Cilacap . Hingga saat ini ia juga masih tercatat sebagai pengurus di salah satu lembaga PCNU Cilacap dan Organisasi aktifis 98, Pena 98 dan Posko Perjuangan Rakyat atau Pospera, yaitu sebagai ketua DPD Pospera Jawa Tengah.

Selain itu, Priyo juga masih aktif sebagai Dosen tetap di Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen Universitas Nahdlatul Ulama Al Ghazali (UNUGHA) Cilacap.

Perjalanan hidup Priyo tentu tidak indah seperti yang dilihat sekarang. Penuh lika liku dan ujian. Priyo mengatakan "Saat saya diberi ujian hidup seberat apapun, saya akan sowan ke para Kyai dan kedua orang tua saya. Karena saya ini santri, dan sampai kapanpun akan menjadi santri yang bergantung pada keridhoan Kyai dan mencari restu kedua orang tua, disitulah keberkahan ilmu dan kehidupan akan kita dapatkan" tambah Priyo.

"Kedua orang tua saya juga hebat, meskipun ayah saya berprofesi sebagai sopir taksi selama puluhan tahun di Jakarta dan ibu saya sebagai penjahit, tekadnya dan perjuangannya untuk pendidikan anak-anaknya tidak diragukan lagi. Sangat ingin anaknya berada di Pondok Pesantren. Meskipun situasi dan kondisi saat itu terjadi krisis moneter di Indonesia".

Ada satu pepatah yang dia pegang hingga saat ini, "Sepandai pandainya tupai melompat, ia pasti akan jatuh juga, tapi namanya tupai ia akan melompat lagi kan" ujar Priyo sambil tersenyum.

"Begitulah hidup, kita harus memahami jati diri kita sendiri. Kita harus mencoba segala peluang yang ada. Jangan pernah takut dan jangan mau dianggap tak mampu oleh orang lain. Karena hanya kita yang mampu mengontrol arah dan jalan yang akan kita tempuh dengan mindset yang positif. Kalau kita jatuh segera bangkit, itu baru mental petarung" tutup Priyo.(Kamsi Gautama) 

Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2018 - All Rights Reserved
Created by Nusantara Bicara