Media Perjuangan Penerus Cita-cita "The Founding Fathers" Bangsa Indonesia

Media Perjuangan Penerus Cita-cita "The Founding Fathers" Bangsa Indonesia
Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh. Itulah Motto Media Kami
Home » » Kasus Bullying di Global Sevilla, Tidak Ada

Kasus Bullying di Global Sevilla, Tidak Ada

Written By Nusantara Bicara on 16 Jun 2024 | Juni 16, 2024





Nusantara Bicara,   Jakarta   ---   Siswa Global Sevilla School sejak dini diajarkan metode meditasi mindfulness atau berkesadaran, sebagai bagian pengembangan karakter siswa. Karena itu, tak heran jika kasus perundungan (bullying) di sekolah tersebut nol.

“Hidup berkesadaran ini tak hanya diajarkan ke siswa secara teori, tetapi juga dilatih sepanjang waktu di sekolah. Sehingga mindfulness menjadi bagian dari karakter,” kata Kepala Sekolah SD Global Sevilla Puri Indah, Aderini Kencana, di Jakarta, beberapa waktu lalu

Perkataan Aderini disampaikan dalam acara perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-21 Global Sevilla School Puri Indah, Jakarta Barat. Perayaan serupa juga dilakukan para siswa, guru dan orangtua di Global Sevilla School Pulomas, Jakarta Timur.

Hadir dalam kesempatan yang sama, Superintendent Global Sevilla School, Michael Thia, Ketua Komite Global Sevilla School, Sylvia Hendarto, dan Humas Global Sevilla School, Monica Deana.

Aderini menjelaskan, materi tentang mindfulness secara khusus diberikan kepada siswa sebanyak 2 kali seminggu. Anak juga dilatih kesabaran lewat terapi nafas, jika menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan.

“Anak juga dilatih untuk berpikir dulu sebelum bicara atau bertindak, agar tidak ada orang yang tersakiti. Jika anak kesal, diajak untuk tarik nafas buang nafas selama 5-10 menit, hingga rasa kesal itu hilang perlahan,” tuturnya.

Hal itu dibenarkan Ketua Komite Global Sevilla School, Sylvia Hendarto. Dua anaknya yang menempuh pendidikan sekolah tersebut tak hanya memiliki prestasi akademik, tetapi juga karakternya.

“Bahkan anak-anak pindahan yang sudah ditolak-tolak sekolah lain karena nakal, bisa berubah. Mereka tidak bisa berkutik, karena disini tidak ada teman untuk diajak nakal,” ujar Sylvia.

Untuk memperkuat karakter siswa, lanjut Sylvia, Komite Sekolah bersama orangtua kerap menggelar pertemuan yang membahas materi mindfulness. Sehingga apa yang dilakukan anak di sekolah, sama seperti di rumah.

“Menghadapi anak sekarang itu kan harus ekstra. Karena kalau bicara suaranya tinggi dan ngotot. Metode Mindfulness ini bisa melembutkan,” ujarnya.

Superintendent Global Sevilla School, Michael Thia menjelaskan, perayaan HUT ke-21 Global Sevilla School dilakukan lewat kegiatan tanam 21 jenis pohon buah, yang diharapkan nantinya bisa dinikmati bersama satuan sekolah.

“Penanaman pohon dilakukan untuk membangun kesadaran para siswa tentang pentingnya lingkungan hijau,” katanya.

Kegiatan lain berupa Mindfulness Festival yang diikuti lebih dari 1000 siswa dari jenjang TK hingga SMA di Global Sevilla School Puri Indah dan Pulomas, Jakarta.

Kegiatan dalam festival sangat beragam, mulai dari mindful listening, mindful yoga, mindful walking, mindful colouring, mindful eating dan masih banyak lagi.

“Seluruh kegiatan dilakukan secara mindful atau berkesadaran. Metode Mindfulness dipilih Global Sevilla School karena perkembangan dunia, teknologi dan informasi yang begitu cepat sehingga mendominasi kehidupan manusia moderen saat ini,” kata Michael Tjia.

Dampaknya, individu-individu semakin mementingkan pribadinya masing-masing dan cenderung tak acuh serta tidak menghargai apa yang ada di sekitarnya.

“Pada awalnya tidak mudah memperkenalkan mindfulness di Global Sevilla School. Setelah beberapa tahun diterapkan, mulai nampak hasilnya. Prestasi siswa meningkat dan karakter siswa yang lebih sholeh dan bisa saling menghargai ciptaan Tuhan,” kata Michael.

Soal ‘Day of Mindfulness’, Michael Tjia menjelaskan, hal itu merupakan penghormatan bagi para pendiri Global Sevilla School, yang menekankan pentingnya karakter baik, selain prestasi akademik.

‘Sebagai sekolah berbasis mindfulness terkemuka di Indonesia, kami bangga dapat memasukkan praktik mindfulness ke dalam program pengembangan karakter sehingga memperkuat nilai-nilai sekolah, yaitu Memberi, Welas asih, dan Pengendalian diri. Karena mindfulness juga mengajarkan siswa untuk hidup sehat,” ucap Michael Tjia menegaskan.

Mindfulness Festival juga menggelar mindfulness workshop yang dibawakan sejumlah praktisi mindfulness, seperti Adjie Santosoputro.

Ditanya apakah metode mindfulness dijadikan sebagai best practices ke sekolah-sekolah di sekitar Global Sevilla School, Aderini mengatakan, metode tersebut malah diserap oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek).

“Ada satu guru dari Global Sevilla School yang terlibat dalam Program Guru Penggerak yang digagas Kemdikbudristek. Semoga praktik baik yang dibagikan dapat meningkatkan karakter siswa,” ujar Aderini menandaskan. (Sk / As)

Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2018 - All Rights Reserved
Created by Nusantara Bicara