Jakarta, Nusantara Bicara -- Korps Marinir berencana menambah sejumlah alutsista, bersamaan dengan pembangunan lima batalyon infanteri baru sebagai bentuk validasi organisasi di tubuh TNI AL.
“Penambahan ini bukan berarti tiba-tiba, ya. Kita sudah rencanakan jauh sebelumnya, di rencana strategis (renstra) sudah ada,” ungkap Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen (Mar) Endi Supardi di Jakarta, Kamis (24/7).
Rencana alutsista tersebut, di antaranya penambahan tank BMP-3F, sistem peluncur roket terbaru daripada RM-70 Grad (MLRS) yang saat ini digunakan oleh pasukan Marinir, hingga sistem pertahanan pantai (coastal defence).
“Termasuk yang tadi disampaikan bapak KSAL, mungkin ada penambahan coastal defense dengan kekuatan empat baterai. Satu baterainya ada enam unit. Jadi, akan ditempatkan di setiap Pasmar (1, 2, dan 3)” kata Endi.
Menurutnya, penambahan alutsista penting untuk kebutuhan tempur Korps Marinir. Terlebih, peperangan saat ini mengadopsi peralatan dan teknologi yang cukup tinggi.
“Apabila kita tidak menyesuaikan itu, maka kita akan tertinggal jauh. Penambahan alutsista ini untuk menyesuaikan kekuatan kita, supaya kita jauh lebih siap,” tegas Endi.
Dalam mendukung Indonesia Emas 2045, TNI AL dalam postur pembangunan kekuatan sampai 2044 mengangkat visi untuk menjadi angkatan laut yang modern, menggentarkan di kawasan (regionally-deterrent), dan berproyeksi global (globally-projected).
Visi itu mengakui ke depan TNI AL bakal menghadapi ragam tantangan dan risiko yang berkembang pesat, yang kompleks, dan tak dapat diprediksi baik dalam lingkup global, regional, maupun nasional. Oleh karena itu, TNI AL dituntut untuk tangkas, adaptif, dan punya resiliensi yang baik.
Gambaran lingkungan strategis saat ini yang dinamis dan kompleks, seperti konflik di Rusia-Ukraina, Israel-Hamas, krisis di Laut Merah, atau pun di tingkat kawasan seperti ketegangan di Selat Taiwan dan Laut Cina Selatan, kemudian di dalam negeri ada masalah keamanan di Papua.
Kompleksitas juga ditemukan pada kemajuan teknologi pertahanan yang saat ini terlihat dari penggunaan teknologi berbasis siber, kecerdasan buatan (AI), dan alutsista nirawak (unmanned system).
Faktor-faktor itu turut mempengaruhi perencanaan pembangunan kekuatan TNI AL baik dalam dokumen renstra-nya maupun postur pembangunan kekuatannya untuk jangka panjang.(Agus)
Posting Komentar