24 Nov 2025

BUYA GUSRIZAL GAZAHAR, KETUA MUI SUMBAR YANG MENJAGA INTEGRITAS, KESEDERHANAAN, DAN KETEGASAN BERLANDASKAN FILOSOFI ABS–SBK



Editor: 
TEUKU HUSAINI 

Buya Gusrizal Gazahar merupakan salah satu ulama paling disegani di Sumatera Barat. Beliau dikenal bukan hanya karena kapasitas ilmunya yang luas, tetapi juga karena karakternya yang bersahaja, tegas, serta kukuh menjaga nilai-nilai keislaman dan adat Minangkabau. Sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar, Buya menjadi sosok sentral dalam menjaga marwah keagamaan Ranah Minang, terutama dalam mengokohkan filosofi Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah (ABS–SBK).

Dalam tradisi Minangkabau, ABS–SBK bukan sekadar ungkapan adat, tetapi sebuah sistem nilai yang menyatukan kehidupan beragama, beradat, dan bermasyarakat. Filosofi ini menjadi identitas dasar orang Minang. Dan di tengah arus modernisasi yang deras, Buya tampil sebagai benteng yang terus mengingatkan masyarakat agar tidak meninggalkan prinsip tersebut. Baginya, adat Minang hanya bernilai ketika ia berpijak pada syariat, dan syariat baru akan sempurna ketika dijalankan sesuai kitabullah.

Sebagai Ketua MUI, Buya memikul tanggung jawab besar dalam memastikan ABS–SBK tetap menjadi dasar berpikir, bersikap, dan bertindak bagi masyarakat. Beliau sering menekankan bahwa filosofi adat itu bukan hanya untuk dipajang dalam pidato atau tulisan, tetapi harus dihidupkan dalam sikap sehari-hari. Dalam banyak kesempatan, Buya menyampaikan bahwa menjaga ABS–SBK berarti menjaga jati diri Minang itu sendiri.

Ketegasan Buya terlihat jelas dalam setiap isu yang berkaitan dengan akidah dan moral masyarakat. Ketika muncul pandangan atau gerakan yang mengancam kemurnian akidah umat, Buya berdiri di garda terdepan memberikan penjelasan dan peringatan. Beliau tidak pernah ragu menyampaikan kebenaran meskipun harus berhadapan dengan tekanan atau pendapat yang berbeda. Ketegasannya bukan untuk menciptakan konflik, melainkan untuk menjaga umat tetap berada di jalan yang benar.

Dalam berbagai fatwa dan rekomendasi yang dikeluarkan MUI Sumbar, Buya memastikan semuanya berpijak pada syariat dan sesuai dengan semangat ABS–SBK. Ketika masyarakat dihadapkan pada isu-isu baru seperti gaya hidup modern, pergeseran nilai keluarga, perdebatan pemikiran, atau penyimpangan moral, Buya selalu memberikan arah yang jelas: kembali kepada apa yang dikatakan agama dan bagaimana adat Minang menempatkan masalah itu dalam kerangka syariat.

Namun, ketegasan Buya tidak membuatnya menjadi sosok yang kaku. Kesederhanaan dan kelembutan dalam sikapnya membuat beliau sangat dihormati, terutama oleh masyarakat kecil. Dalam kehidupan sehari-hari, Buya dikenal tidak berlebihan, tidak mengejar gemerlap dunia, dan selalu menjaga adab dalam setiap pergaulan. Sifat inilah yang membuat nasihat Buya terasa lebih kuat—karena apa yang beliau sampaikan juga beliau amalkan.

Banyak jemaah dan tokoh masyarakat mengatakan bahwa Buya adalah contoh ulama yang berhasil menyeimbangkan ketegasan prinsip dengan kesantunan dalam tindakan. Ketika menegur, beliau melakukannya dengan bahasa yang baik. Ketika mengingatkan, beliau melakukannya dengan penuh hormat. Dan ketika berbicara tentang persoalan umat, beliau selalu mengedepankan maslahat bersama.

Buya juga aktif berdakwah di berbagai masjid, kampus, dan lembaga pendidikan. Dalam setiap ceramahnya, beliau selalu menekankan pentingnya memahami ABS–SBK secara utuh, terutama bagi generasi muda. Menurut Buya, anak muda Minang harus kembali mengenal jati diri mereka, agar tidak mudah larut dalam arus globalisasi yang sering membawa nilai-nilai yang bertentangan dengan adat dan agama.

Kepribadian Buya yang sederhana menjadi magnet bagi banyak orang yang ingin belajar agama. Para mahasiswa, santri, dan anak muda banyak yang menjadikan Buya sebagai rujukan untuk memahami persoalan-persoalan kontemporer dari perspektif syariat. Melalui media sosial dan forum kajian, pesan-pesan beliau semakin luas menjangkau masyarakat.

Kepemimpinan Buya di MUI Sumbar juga memperkuat hubungan antara ulama, pemerintah, dan masyarakat. Dalam berbagai kesempatan, Buya menegaskan bahwa ulama harus menjadi penyejuk dan pemberi arah, bukan sumber perpecahan. Karena itu, MUI Sumbar di bawah kepemimpinannya berupaya menjaga stabilitas sosial sekaligus mengokohkan nilai-nilai religius masyarakat Minang.

Di tengah banyaknya isu sosial seperti pergeseran akhlak remaja, perilaku menyimpang, aliran sesat, hingga polemik modern yang kompleks, Buya selalu mengajak agar penyelesaiannya tidak hanya dari sisi adat atau budaya, tetapi harus kembali kepada landasan utama: Al-Qur’an dan Sunnah. Dengan cara itu, masyarakat Minang tetap memiliki pegangan kokoh untuk menghadapi perubahan zaman.

Buya Gusrizal Gazahar adalah ulama yang bukan hanya berbicara, tetapi juga meneladankan nilai-nilai yang beliau ajarkan. Integritasnya dalam menjaga prinsip, kesederhanaannya dalam hidup, serta ketegasannya dalam menjaga marwah ABS–SBK menjadikannya salah satu tokoh penting Sumatera Barat saat ini.

Di tengah derasnya perubahan zaman, figur seperti Buya menjadi sangat penting. Beliau hadir sebagai penentu arah, penjaga tradisi, dan pelindung nilai-nilai luhur yang telah diwariskan turun-temurun. Bagi masyarakat Minangkabau, Buya tidak hanya seorang ulama, tetapi juga simbol keutuhan adat dan syara’ yang berjalan seiring.

Dengan dedikasinya yang tak pernah surut, Buya Gusrizal Gazahar memastikan bahwa Ranah Minang tetap berdiri tegak di atas filosofi ABS–SBK, sehingga identitas masyarakat Minangkabau terus terjaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dandim 1710/Mimika Tinjau Kondisi Wilayah dan Gelar Komsos di Kampung Kekwa

Timika, nusantarabicara    -- Komandan Kodim 1710/Mimika, Letkol Inf M. Slamet Wijaya, S.Sos., M.Han., M.A., memimpin langsung kegiatan patr...