Seni ukiran Suku Kamoro Kampung Pulau Naraka Timika, Papua bersama Yayasan Maramowe Weaiku Komowore di bawah binaan PT Freeport Indonesia memamerkan hasil seni ukirannya di Jakarta sejak 24 November hingga 5 Desember 2017.
Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama di Jakarta, Selasa (5/12) mengatakan hal tersebut merupakan komitmen PT Freeport untuk menjaga kelestarian seni budaya di Papua salah satunya yakni seni ukir Suku Kamoro. "Freeport berkomitmen menjaga kelangsungan pelestarian budaya kerajinan ukir suku Kamoro."
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa pada pameran tersebut terdapat empat orang ahli seni ukir asli Suku Kamoro yakni Herman Kiripi (38), Kornelis Kiripi (40), Klemens Nawatipia (43) dan Daniel Matameka (26).
Keempat orang tersebut mempertunjukan proses pembuatan ukiran selama pagelaran pameran.
Ia juga berharap melalui pameran tersebut, masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan melalui penjualan ukiran yang pastinya akan dikenal kesuluruh nusantara.
Ditempat yang sama, Pendiri Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe, Luluk Intarti ajang pameran ini juga dapat mengenalkan lebih dekat tentang budaya dan sani asal Papua yakni Suku Kamoro dengan seni ukirannya.
Luluk juga mengungkapkan kerajinan seni ukir di Papua hanya tersisa tiga suku yakni Asmat, Kamoro dan Sempan, sedangkan suku lain seperti Pesisir Selatan Papua telah punah karena tergerus budaya dari luar.
Seni ukir asal suku Kamoro juga menurutnya hampir punah sejak 1950 sebelum Yayasan Maramowe menjaga kelestarian melalui pameran.
Yayasan Maramowe bersama PT Freeport Indonesia melakukan pembinaan dalam meningkatkan kualitas seni ukiran dan membantu akses pasar agar kerajinan seni ukir Suku Kamoro dapat memberikan manfaat perekonomian bagi mayarakat setempat. (*)
Posting Komentar