Nunukan,. Bertugas di daerah terpencil jauh dari perkotaan dan hiruk
pikuk keramaian, tidak menyurutkan semangat prajurit TNI Angkatan Darat
untuk mengabdikan diri pada bangsa dan negara demi tetap tegak dan
kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mungkin masih asing bagi telinga sebagaian besar masyarakat kita jika
mendengar nama Krayan, sebuah kecamatan dari Kabupaten Nunukan,
Provinsi Kalimantan Utara yang langsung berbatasan dengan negara
tetangga Malaysia.
Untuk sampai ke wilayah Krayan ini, hanya dapat ditempuh menggunakan
transportasi udara ukuran kecil yang hanya dapat mengangkut 9 sampai 11
penumpang yang hanya dilayani sekali penerbangan setiap harinya karena
faktor cuaca yang tidak menentu.
Di daerah inilah Serka Bambang Sugiharto, Bamin Bhakti TNI Koramil
0911-06/Krayan Kodim 0911/Nunukan sekaligus juga sebagai Bintara Pembina
Desa (Babinsa) Long Kiwan yang membina 5 (lima) Desa yaitu Desa Maring,
Desa Pani, Desa Lutut dan Desa Lepatar.
Bambang sapaan akrabnya menceritakan awalnya pertama kali ditempatkan
bertugas di Koramil Krayan ini berawal ketika dirinya selesai mengikuti
Secaba Reguler tahun 2007 dan penempatannya langsung di Kodim
0911/Nunukan dan setelah 3 (tiga) bulan ditempatkan di Koramil Krayan
sampai saat ini.
Suami dari Henik Dita Dwi Yulia ini mengatakan, pada awal penugasan
dirinya langsung dihadapkan kepada situasi yang kurang mendukung, dimana
alat penerangan yang minim, transportasi dan komunikasi yang sulit.
Dihadapkan kepada situasi seperti ini, dirinya tidak mempersoalkannya,
pasalnya, itu semua tugas yang diemban dari negara untuk mengawal
masyarakat dan pembangunan di wilayah binaan.
Bapak dari tiga anak ini menceritakan, tantangan lain yang dihadapi
adalah jarak antara satu desa dengan desa lain bervariasi bahkan ada
yang sejauh 70 km yang harus ditempuh waktu 3-4 jam perjalanan, karena
jalannya masih berkontur tanah.
Bila musim penghujan, tak jarang dirinya harus jalan kaki karena
sulit dilalui dengan kendaraan roda dua. Bila musim kemarau jalan sangat
berdebu dan mengganggu penglihatan.
“Setiap terjun menyapa warga binaan, saya selalu menekankan untuk
bangga menjadi warga Negara Indonesia. Apalagi SDM masyarakat di
perbatasan masih sangat rendah, inilah selalu saya tanamkan kepada
warga, agar mereka tidak terpengaruh dengan keadaan di negara tetangga
yang kehidupannya jauh lebih maju,”sambung pria kelahiran Balikpapan
ini.
Untuk ikut memajukan pendidikan, pria yang sudah 11 tahun berdinas di
Koramil Krayan ikut mengajar di Sekolah Dasar dan SMP yang memberi
materi wawasan Kebangsaan dan PBB.
“Keterbatasan guru menjadi salah satu faktor masih rendahnya mutu
pendidikan, sehingga saya selalu terjun ke sekolah untuk mengajar para
generasi muda harapan bangsa ini,”ungkapnya.
Lain lagi cerita dari Kopda Budi Iswanto, Babinsa lokasi Long Midang
yang menjadi Babinsa di 7 desa binaan yaitu Desa Buduk Tumu, Long
Merayang, Pa’nado,Buduk Kinangan, Ba’sikor, Liang Tuer dan Pa’rupai.
Budi sapaan akrabnya yang sudah tiga tahun berdinas di Koramil Krayan
menyampaikan, dirinya bersama keluarga pernah merasakan satu tahun
hidup dengan listrik yang hanya menyala selama 6 jam sehari, karena
tempat tinggalnya sekitar 50 km dari Kecamatan Krayan. “Kita
mengandalkan pelita untuk sekedar bisa menerangi rumah yang hanya
terbuat dari kayu, tapi yang terpenting anak dan istri saya bisa sehat,”
ungkapnya.
Tak mudah tinggal di perbatasan dengan istri dan tiga orang anak yang
masih kecil, mengingat akses dari rumahnya ke kecamatan saja
membutuhkan waktu tempuh sekitar 4 jam melewati hamparan pegunungan yang
menanjak dan kondisi jalan yang masih berupa tanah.
“Adakalanya untuk mempersingkat waktu, saya harus melalui jalan tikus
(jalan pintas) yang medannya jauh lebih berat dari jalan utama. Jalan
pintas ini dilakukan agar tidak sampai malam jika kembali ke
rumah,”ucapnya.
Suami dari Anita Sari ini menambahkan, untuk sampai ke desanya binaan
yang jaraknya bervariasi bahkan ada yang jaraknya lebih kurang 90 km,
dirinya selalu terbuka mendengar keluhan dan kendala yang dihadapi
warga, bahkan suatu ketika pada tengah malam dirinya diminta warga untuk
membantu mengantarkan istrinya ke Puskesmas untuk berobat, nalurinya
langsung berkata siap untuk membantu warga yang membutuhkan.
Sebagaimana diketahui bahwa Krayan terkenal dengan berasnya yang
pulen dan beraroma khas, Kopda Budi juga langsung terjun ke sawah
membina para petani. Tak tanggung-tanggung, dirinya juga ikut berjibaku
dengan lumpur ikut membantu membajak sawah, persemaian, penanaman bahkan
sampai panen pun selalu hadir mendampingi para petani.
“Kegiatan ketahanan pangan ini selalu saya lakukan agar tahu persis
bagaimana memberikan solusi kepada para petani dalam meningkatkan
produksi padi bagi penghidupan masyarakat dan untuk mewujudkan
swasembada pangan nasional,” ungkapnya penuh optimis.
Babinsa yang berasal dari Pati Jawa Tengah ini mengungkapkan,
dukungan dari istri dan anak serta keluarga membuatnya makin bersemangat
dalam menjalankan tugas, apalagi penerimaan masyarakat binaan yang 95
pesen suku Dayak ini juga menerimanya dengan penuh kekeluargaan.
“Inilah yang membuat saya merasa enjoy melaksanakan tugas ditambah
kerjasama dengan Bhabinkamtibmas sangat erat sekali,” sambungnya.
Hal yang sama diungkapkan Anita, Istri Kopda Budi yang setia
mendampingi suaminya walau bertugas di wilayah perbatasan yang sarat
keterbatasan.
“Walau apapun yang kami rasakan, mendukung tugas suami adalah
kewajiban kami sebagai istri prajurit, kami nikmati ini semua sebagai
nikmat dari Yang Maha Kuasa,” ujarnya.
Salah seorang warga yang bernama Marcel (45 tahun) menyampaikan,
keberadaan Babinsa di daerah perbatasan sangat mereka butuhkan dalam
membina dan menjaga kehidupan masyarakat.
“Mereka itu ibarat pelita di samudera luas, bisa menerangi lingkungan
sekitar dengan senyuman dan candaan, serta memberi solusi memecahkan
persoalan, sehingga membuat warga makin nyaman,” tegasnya.
Sementara itu, Camat Krayan Helmi Pudaaslikar menjelaskan, Babinsa itu
ibarat mesin yang menggerakkan motor, sumber motivator sekaligus teladan
dalam berperilaku. Kerjasama tiga pilar makin mudah terlaksana dalam
memberi pelayanan dan perlindungan kepada warga.
“Kami sangat bersyukur Babinsa dan Bhabinkamtibmas selalu ada bersama membantu memajukan pembangunan di perbatasan,” tuturnya.
Serka Bambang dan Kopda Budi tampaknya sudah melekat dengan
masyarakat Long Kiwan dan Long Midang Dayak ini. Walaupun dengan
berbagai keterbatasan, hal tersebut bukan menjadi hambatan dalam
menjalankan tugas, terutama untuk tetap menumbuhkan kesadaran sebagai
bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, agar slogan Garuda di
Hati tetap terpatri dalam jiwa masyarakat perbatasan Borneo.
Posting Komentar