Jakarta, nusantarabicara.co - Pusat Kajian Peradaban Melayu ( PKPM ) secara konsisten melakukan diskusi bulanan berkaitan dengan pembangunan dunia sastra di Indonesia, khususnya dengan mengangkat tema-tema tentang Sastra Islam.
"Bidang Sastra ialah sesuatu yang berorientasi kepada kalbu (jiwa) untuk membangun spiritual manusia yang inovatif menuju cita-citanya menuju Tuhan Sang Pencipta," demikianlah tutur Dr. Mas'ud ketua Pusat Kajian Peradaban Melayu (PKPM) dalam serial diskusi bulanan yang bekerjasama dengan Pusat Dokumentasi Sastra HB Jasin, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Propinsi DKI Jakarta.
Acara diadakan Jumat (13/September/ 2019 ), pukul 13.30 Wib- Selesai bertempat di Gedung Pusat Dokumentasi Sastra HB Jasin, Lantai 2 Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya no. 73 Jakarta Pusat.
Hadir sebagai Pembicara Kunci ( Key Note Speaker) Duta Besar Republik Islam Pakistan untuk Indonesia, Mr. Abdul Salik Khan. Sedangkan sebagai pembicara hadir , Prof. Dr. M. Yunan Yusuf, Dosen Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta. Dr. H. Suhardi Somomoeljono, SH,.MH,. Advokat dari SSA dan Dr. Masud M. Nur. Ketua Umum PKPM di Moderatori oleh Erizal Ag, penyiar Radio DFM 103,4.
Dr. Mas'ud menambahkan tema kali ini adalah " Muhammad Iqbal: Sang Penyair Pembangun Spiritualitas Islam di Seluruh Penjuru Dunia?". Menurut Dr. Masud M. Nur selaku Ketua Umum Pusat Kajian Perdaban Melayu ( PKPM), Muhammad Iqbal adalah sosok sastrawan yang syair syair dan puisinya banyak dikenal di dunia.Islam bahkan di seluruh penjuru dunia, karena karya puitisnya penuh dengan pesan pesan spiritual, Ketuhanan, moral Keindahan.dan Kebudayaan
"Muhammad Iqbal, dikenal juga sebagai Allama Iqbal, selain seorang penyair, dia juga seorang politisi, dan filsuf besar abad ke-20. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh paling penting dalam sastra Urdu, dengan karya sastra yang ditulis baik dalam bahasa Urdu maupun Persia," ungkap dosen Filsafat Univesitas Prof. Dr. Hamka ini.
Muhammad Iqbal Lahir: 9 November 1877, Sialkot, India dan Wafat pada 21 April 1938, Lahore, Pakistan.
Dr. Mas'ud melanjutkan, karya pantun, sastra dan puisi Iqbal kalau ditelaah sejatinya sejalan dan.seiring dengan karya karya dari sastrawan Melayu.
" Kemungkinan karena Pakistan dan Melayu atau Indonesia memiliki kesamaan kultur dan Islam mayoritas sehingga karya sastra kedua negara inipun memiliki kesamaan massege ( pesan) dan mission (misi) dalam pengembangan kebudayaan yang sangat essensial bagi keadaban suatu bangsa dan negara," jelas Masud.
Terkait menghadapi masa depan peradaban global, tambah Masud, nilai nilai sastra Muhammad Iqbal yang sarat dengan spritualitas dan sufistik akan menjadi jawaban alternatif bagi berbagai permasalahan kemanusiaan, "pungkas Masud yang kini juga menjabat anggota Majelis Hubungan Luar Negeri PP Muhammadiyah.(*).
Posting Komentar