Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh adalah Motto Media Kami...

Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh adalah Motto Media Kami...
MEDIA Penerus Perjuangan CITA-CITA ‘THE FOUNDING FATHERS’ Bangsa INDONESIA
Home » , » Dalam Siklus 7 Abad Babak Ke-3 GRMI Yakin Akan Menemukan Pemimpin Spiritual Yang Amanah

Dalam Siklus 7 Abad Babak Ke-3 GRMI Yakin Akan Menemukan Pemimpin Spiritual Yang Amanah

Written By Nusantara Bicara on 20 Agu 2021 | Agustus 20, 2021


Oleh : Jacob Ereste :

Banten, 16 Agustus 2021

Pemimpin spiritual yang ideal pada masa kini adalah yang berwatak ksatria, berbudi bahasa pujangga dan berjiwa resi serta konsisten dalam mengamalkan Pancasila dan UUD 1945

           ‐--------

Siklus tujuh abad kejayaan bangsa nusantara dapat diperkirakan mulai ditandai oleh kejayaan Kerajaan Tarumnegara ketika Raja yang  memerintah saat  itu bernama  Purnawarman dengan kehebatan membangun ibu kota kerajaan di dekat pantai dengan nama Sundapura.

Purnawarman adalah sosok raja yang gagah dan berani, bijaksana dan menaruh perhatian pada kehidupan rakyat. Sehingga dalam pemerintahannya rakyat sangat mendukung dengan sepenuh hati untuk proyek penggalian sungai Gomati sepanjang 12 kilometer agar dapat menangkis bencana alam termasuk menjaga agar sampai kekeringan air saat musim kemarau tiba.

Karena itu kondisi ekonomi rakyat menjadi sangat terjamin hingga sang Raja Purnawarman mampu memberi sedekah 1.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Hasil panen tanaman rakyat pun sangat subur hingga kemakmuran hingga sistem pemerintahan pun menjadi semakin kuat dan membaik. Seperti ditandai oleh 48  kerajaan di Jawa lainnya yang rela berada dibawah kekuasaannya. Bahkan hubungan dengan dunia luar menjadi semakin luas dan sangat disegani serta dihormati.

Menjelang abad ke tujuh -- 669 Masehi -- Raja Linggawarman yang relatif baru berkuasa tiga tahun kemudian wafat. Sehingga pemerintahan harus dilanjutkan oleh menantunya yang bernama Tarusbawa yang menandai berakhirnya masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara, karena Tarusbawa ingin kembali pada kerajaan sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dibawah kekuasaan Tarumanegara.

Atas dasar itu, Kerajaan Galuh yang tidak sepakat akhirnya memisahkan diri, sehingga wilayah Kerajaan Tarumanegara dibagi menjadi dua bagian, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh yang dibatasi sungai Citarum. Begitulah  tuntunan yang bijak bisa didapat dari literatur budaya suku bangsa Indonesia, hingga pelajaran yang bagus dapat dipetik dari beragam kitab, Serat Wulangreh, Serat Wedhatama, Serat Centini maupun Serat Hidayati serta Babat Tanah Jawa dan kitab lainnya. Minimal untuk memahami kejayaan bangsa nusantara pada abad ke tujuh dan abad empatbelas, dapat meyakinkan adanya siklus tujuh abad dari kejayaan bangsa nusantara. Jadi, kebangkitan dari kejayaan seperti yang pernah terjadi pada mass silam itu segera akan terulang pada abad ke-21 ini, sebagai diklus tujuh abaf dalam babak ketik yang sedang kita jalani sekarang ini. Sehingga bagi banyak orang sangat dipercaya bangsa Indonesia akan bangkit dan terus melaju ke puncak kejayaan bangsa kita hingga menjadi mercu suar dunia dan penerang jagat raya dari kegelapan. Meski McKinsey justru memperkirakan pada tahun 2030 dari perspektif ekonomi negeri kita akan segera menempati urutan ke tujuh terbesar di dunia. Posisi Indonesia, katanya akan berada pada  urutan ketujuh setelah China, AS, India, Jepang, Brazil dan Rusia yang pada saat sebelumnya ada diperingkat ke-16.

Kegemilangan bangsa nusantara pada abad ketujuh --semasa Kerajaan Sriwijaya--hingga menjadi pusat terbesar di dunia bagi mereka yang ingin belajar agama Budha. Sungguh sangat mengagumkan. Sebab bandar perdagangan antar bangsa pun bisa menguasai jalur Selat Melaka dan Selat Sunda, karena kedua selat itu menjadi jalur utama perdagangan negara-negara di dunia, utamanya untuk China, Arab dan India.

Secara teoritis, bangsa-bangsa yang pernah berjaya di masa silam memiliki kemampuan untuk kembali berjaya pada masa kini atau pada masa depan. Dalam versi Ir. Jero Wacik, SE., bangsa-bangsa yang bisa besar sekarang dan di masa mendatang adalah bangsa yang pernah mengalani kejayaan di masa lalu. (Kompas. Com, 3 Oktober 2012). Setidaknya, percaya pada siklus tujuh abad dari kejayaan bangsa nusantara, maka pertanda dari Kerajaan Tarumanegara dalslsm siklus pertama hingga abad ke tujuh --periode Kerajaan Tarumanegara -- yang dimulai oleh  Raja bernama Jasingawarman (358-382 M), Raja Dharmayawarman (382-395 M), Raja Purnawarman (395-434 M).

Raja Wisnuwarman (434-455 M), Raja Indrawarman (455-516 M), Raja Candrawarman (515-535  M), Raja Suryawarman (535-561), Raja Kartawarman (561-628 M), Raja Sundhawarman (628-639 M),  Raja Hariwangsawarman (639-640), Raja Nagajawarman (640-666), dan Raja Linggawarman (666-669 M) -- lalu masuk periode kejayaan Kerajaan Sriwijaya.

Periode kejayaan dar kerajaan Sriwijaya jelas ditandai oleh masa jayanya di bidang maritim yang memiliki pengaruh sangat luas di nusantara, sampai meliputi Semenjung Malaysia , Vietnan, Thailan Selatan hingga Filiphina. Jadi sungguh sangat mengagumkan dan meyakinkan bila masa berjaya bangsa nusantara akan kembali berulang pada abad ke-21 sekarang ini.

Mungkin juga bentuk kejayaan itu nanti dalam wujud yang lain. Sebab pada masa jayanya Kerajaan Tarumanegara yang menandai siklus pertama tujuh abad dari kejayaan bangsa nusantara hingga Kerajaan Sriwijaya serta berikutnya adalah kerajaan Mahapahit, tidak mustahil dapat terulang. Karena dalam siklus tujuh abad kedua (700-1400 M), toh kemudian muncul Kerajaan besar di Jawa Timur yang ditandai oleh kerajasn besar di Jawa seperti Majapahit. Maka pada siklus tujuh abad dalam babak ketiga 1400 hingga sekarang  2021, tampaknya pun sudah dimulai seperti ditandai oleh gairah gerakan kebangkitan kesadaran spiritual yang sangat dipercaya sebagai jalan menuju masa kejayaan bangsa nusantara di dunia. 

Artinya, siklus setiap tujuh abad itu sedang dimulai masuk pada momentum kegemilangan dari bangsa nusantara untuk menjadi mercu suar dunia seperti yang diyakini oleh banyak orang. Tampaknya langkah awal menuju ke titik puncak kejayaan itu sesungguh  telah dimulai sejak 21 tahun silam (1400-sampai hari ini). Sehingga pada waktu-waktu berikutnya tinggal mengisi saja celah-celahnya yang kosong  agar segera dapat berada pada puncaknya siklus tujuh abad yang tepat untuk memasuki babak ketiga pada abad ke 21 sekarang ini. Dan bagi banyak orang, sekarang adalah waktunyab harus dudah semakin  mendekat pada puncak dari momentum yang sangat dinanti-nantikan itu. Sebab proses dari perjalanan gerakan kebangkitan krsadaran spiritual bangsa Indonesia telah dimulai dan hasilnya bisa saja tidak terduga sebelumnya,  bagaimana dan dalam bentuk apa serta modelnya bagaimana. Sebab semua usaha maupun upaya tetaplah kepastiannya ada pada Yang Maha Kuasa, seperti yang kita yakini dari salah satu sila Pancasila.

Perubahan untuk  menggapai masa  kejayaan itu kelak pasti akan kita raih. Karena ikhtiar yang gigih akan mendapat ridho dari Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah. Sekatang tinggal proses menuju ke puncak kejayaan bangsa nusantara ini harus dipahami sedang melewati jalan mendaki yang memerlukan kekuatan semua elemen bangsa, untuk bahu membahu agar cita-cita luhur bangsa seperti yang tertulis pada pembukaan UUD 1945 dapat segera terwujud. Yaitu memasuki pintu gerbang kemerdekaan untuk menikmati segenap anugerah Illahi Rabbi yang ada di   dalam bumi ibu pertiwi.

Setidaknya, menjelang seabad kemerdekaan bangsa Indonesia. (76 tahun sekarang ini), nikmatnya kemerdekaan -- seperti yang dicita-citakan segenap bangsa Indonesia -- sudah sepatutnya  dapat finikmati. Karena dalam takarann kesabaran pun -- dari 1945 hingga 2021 sekarang -- buah kemerdekaan yang lezat itu sepatutnya telah kita nikmati.

Agaknya, atas dasar itulah GMRI tidak akan pernah jemu untuk membangun gerakan kebangkitan kesadaran spuritual bangsa Indonesia yang diyakini sebagai alternatif terbaik untuk menjawab semua rintangan serta tantangan jaman dengan seluruh badai dan topan dari letupan budaya global berikut polah dari kapitalisme yang terus melantak budaya bangsa kita. Termasuk Covid-19 serta  Varial Delta yang datang dari negeri entah berantah masuk dan merusak negeri kita.

Dalam konteks seperti itulah Eko Sriyanto Galgendu selaku penggagas dan  lokomotif dari gerakan kebangkitan kesadaran spititual bangsa Indonesia sangat yakin --bahkan hakkulyakin--untuk mengajak seluruh warga bangsa Indonesia bangkit dan mengambil bagian pada momentum terbaik sekarang ini untuk masuk dalam siklus tujuh abad babak ketiga (abad 21) untuk kembali menemukan masa kejayaan seperti yang pernah dilakukan oleh para luhur kita pada masa silam itu. Yakni mada berjayanya bangsa-bangsa nusantara agar dapat menjadi penerang jagad peradaban dari kegelapan. Hingga pada akhirnya bangsa Indonesia dapat menjadi cahaya dunia, khususnya bagi suku bangsa Indonesia.

Atas dasar inilah GMRI percaya  akan menemukan momentumnya

yang tepat dalam waktu dekat. Adapun momentum yang signifikan itu bisa ditemukan itu, memang harus ditempuh melaui gerakan dari kebangkitan kesadaran spiritual bangsa Indonesia. Sebab potensi dari nilai-nilai spiritual yang sangat luar biasa itu hanya ada -- dan hanya mungkin dapat dilakukan -- bangsa Indonesia sendiri. Toh, Tuhan sendiri telah mengingat dalam setiap laku spuritualitas kita -- untuk mengubah nasib suatu kaum, hanya kaum itu sendiri yang bisa melakukannya. Begitulah keyakinan spiritual kita. Sebab nilai-nilai spiritual yang dikandung dalam UUD 1945 serta  Pancasila -- yang menjadi falsafah hidup bangsa dan ideologi negara Indonesia -- merupakan modal dasar yang dapat menjadi bekal terhandal kita. Masalahnya tunggal mau atau tidak melakoninya dalam kehidupan yang nyata.

Demikian ungkap Eko Sriyanto Galgendu dalam beberapa kesempatan dialog santai saat mengurai langkah-langkah besar yang diusung GMRI untuk anak bangsa Indonesia agar selamat, sentosa, adil dan makmur dalam semua sektor kehidupan, lahir dan batin. Yang pasti, semua cita-cita luhur ini akan tercapai melalui landasan yang kuat dan tangguh dengan berpijak pada nilai-nilai spiritual dari potensi yang dimiliki oleh  anak bangsa Indonesia sendiri. Karena dengan moral danbetika yang kukuh dan tangguh, berwatak kesatria, berbudi bahasa pujangga yang lembut dan kreatif serta  inovatif layaknya resi dalam bertindak bijak demi dan untuk kemaslahatan orang banyak.




Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2018 - All Rights Reserved
Created by Nusantara Bicara