Jakarta, Nusantara Bicara -- Saat ini profesi dan dunia pendidikan dokter di Indonesia terselimuti awan tebal. Dirundung berbagai masalah dampak UU 17/2023 tentang Kesehatan, juga munculnya fakta-fakta yang sangat memiluhkan seputaran pendidikan dokter.
Lebih dari itu, secara the facto seakan kedaulatan kesehatan luruh seiring makin derasnya konspirasi kapital global. Kondisi ini harus segera di atasi untuk kembalikan marwah, harkat dan martabat profesi dokter, serta tegakkan kedaulatan Indonesia. Bukan sebaliknya, menjadi amunisi politik devide et impera, tegas dr. Ali Mahsun ATMO, M. Biomed. Alumni FK Unibraw Malang dan FKUI Jakarta, Jumat 9/5/2025.
Mantan Ketua dan Dewan Pakar PB IDI ini menuturkan, Ibnu Sina Bapak Kedoktetan Dunia, mampu menghadapi setiap masalah dan tantangan yang dihadapi dengan baik, serta membawa manfaat yang luas hingga saat ini. Kenapa? Disamping melakukan hal-hal secara formal sesuai kebutuhan saat itu (tahun 980 M), beliau melakukan empat hal khusus.
Yaitu mengambil wudhu kemudian ke masjid (tempat ibadah), laksanakan sholat mutlak (sunah) dan berdoa kepada Allah SWT. Ini patut dicontoh dalam mengurai selimut awan tebal profesi dan pendidikan dokter, juga pelayanan kesehatan di Indonesia. Tentunya sesuai dengan agama/kepercayaan masing-masing.
"Komunikasi dan negosiasi, serta jalur hukum semisal Judicial Review - JR ke MK atas UU 17/2023 tentang kesehatan, pembenahan sistem dan orientasi pendidikan dokter, serta tata kelola pelayanan kesehatan harus dilakukan secara maksimal berlandaskan tata peraturan dan perundangan yang berlaku di RI. Untuk itu, pemerintah, dunia pendidikan dan organisasi profesi dokter, juga pihak swasta (pemilik modal), serta pemangku kepentingan terkait seyogyanya duduk satu meja saling meluruhkan demi kepentingan nasional dan kedaulatan kesehatan Indonesia. Juga untuk kembalikan marwah, harkat dan martabat dokter Indonesia. Sekali lagi, mari melakukan best practice Ibnu Sina, pungkas Ketua Umum Bakornas LKMI PBHMI 1985-1998.(Agus)
Posting Komentar